Bukit Roja adalah salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi kalau lagi berkunjung ke Kota Ende. Jalan yang berliku-liku dan terjal menuju lokasi akan terbayarkan dengan keindahan pemandangan Kota Ende dari atas puncak bukit. Melihat sunrise dari atas puncak bukit ini benar-benar indah dan instagramable banget.
Saat pertama kali melihat instagram teman yang selfie di atas Bukit Roja langsung terpesona bangat sama keindahannya. Sebagai putra daerah yang lahir dan dibesarkan di Kota Ende, saya bertekad untuk pergi ke tempat ini kalau pulang kampung nanti.
Sebagai orang yang suka lari, saya berkeinginan untuk berlari trail ke atas Bukit Roja. Untungnya ada sesama teman hoby lari yang sering trail ke bukit ini. Jadi sebelum pulang kami sudah bikin janjian bareng-bareng ke atas kalau sudah sampai di Ende nanti.
Lokasi Bukit Roja
Bukit Roja terletak pada ketinggian 382m di atas permukaan laut (-8.876714, 121.6440506) dan berada di antara Gunung Meja dan gunung Gunung Ia. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk berjalan kaki dari parkiran kaki Gunung Meja.
Untuk menuju ke lokasi, pertama kita harus menuju ke kaki Gunung Meja terlebih dahulu menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Di situ terdapat tempat parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Dari tempat parkir dilanjutkan dengan tracking atau berjalan kaki melewati kebun singkong dan selanjutnya menelusuri jalan setapak yang terjal dan licin.
Perjalanan Menuju Bukit Roja
Setelah tiba di kota Ende dan membuat janji dengan Van, teman lari saya, kami sepakat untuk tracking ke Bukit Roja pada hari Jumat pagi. Kurang dari pukul 6 pagi saya sudah dijemput menggunakan mobil menuju ke kaki gunung Meja. Keinginan awal sih langsung lari ga perlu pake mobil, paling juga sekitar 2km. Namun karena teman saya tidak punya bayak waktu dan jam 8.30 harus buka toko jadi terpaksa kami mengggunakan mobil.
Sampai di tempat parkir kaki Gunung Meja, langsung kami lanjutkan dengan tracking berjalan kaki menyelusuri perkampungan warga. Kemudian selepas kampung warga, lanjut menelusuri kebun-kebun singkong untuk kemudian melewati jalan setapak menanjak dan licin berkerikil.
Pada saat kami lewat, posisi jalan setapak sudah dipenuhi dengan semak dan pohon-pohon yang tumbang dihantam badai seroja dua minggu sebelumnya. Hampir beberapa bagian jalan ditutupi ranting-ranting dan semak-semak karena sudah lama tidak dilalui. Info yang saya dapat dari teman saya bahwa sudah berkurang minat orang menuju ke Bukit Roja ini. Awal awal memang sempat booming dan ramai sekali kemudian sepi. Mungkin karena rutenya yang cukup berat dan tidak gampang jadi mengurungkan niat orang untuk pergi ke sana.
Total jarak dari tempat parkir sampai ke puncak bukit sekitar 2km dan total elevasi sekitar 300m. Tidak semua jalur yang dilalui menanjak, ada beberapa meter melewati tempat datar dan kemudian menanjak lagi. Kondisi jalan saat kami lewati sangat licin karena dipenuhi kerikil-kerikil halus bekas hujan. Karena saya tidak menggunakan sepatu trail jadi agak kesusahan karena licin.
Kurang lebih setengah perjalanan kami menemui sebuah papan informasi kode etik pendaki, sekedar mengingatkan kita untuk tidak membuang sampah sembarangan ;). Terdapat sebuah spot dengan view yang sangat bagus ke arah Gunung Meja dan Kota Ende. Dan dari spot itu pula kita bisa melihat puncak Bukit Roja yang tebingnya terdapat bebatuan besar.
Semakin menuju ke atas, jalan semakin terjal dan licin banget. Mungkin karena habis hujan dan banyak kerikil-kerikil kecil yang terbawa air jadi sangat mengurangi grip sepatu. Saya sarankan jangan menggunakan sepatu yang solnya tipis, sebaiknya menggunakan sepatu trail jika ada. Saya sendiri waktu itu menggunakan sepatu New Balance 880V9 yang merupakan sepatu road running. Licinnya bukan main terpaksa harus mengandalkan semak-semak di samping kanan kiri jalan untuk pegangan.
Sekitar 200m sebelum puncak, terdapat sebuah tempat peristirahatan dengan dua buah tenda atau bale-bale dalam bahasa Ende. Biasanya tempat ini orang gunakan untuk beristirahat sejenak. Terdapat pula dua buah papan berisi kata-kata bijak untuk menjaga tata krama dan menduniakan Bukit Roja. Selepas tempat peristirahatan ini, perjalanan dilanjutkan dengan medan terjal dan licin lagi dan dipenuhi pohon-pohon lebat.
Setelah perjalanan kurang lebih 200m, tibalah kami di puncak bukit. Pemandangannya luar biasa indah, jika pernah ke Pulau Padar Komodo, view lanscapenya hampir mirip.Di depannya kita bisa melihat hamparan kota Ende yang dihalangi oleh Gunung Meja dan diapiti laut. Di belakangnya kita bisa melihat Gunung Ia, sebuah gunung api aktif yang pada tahun 1969 lalu pernah menghemburkan awan panas.
Perjalanan Pulang
Setelah selfie dan berfoto-foto di atas sekitar 30 menit kami melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan pulang melewati jalur yang sama dengan jalur pergi. Karena jalur yang licin dan berkerikil, perjalanan terasa jauh lebih susah karena harus lebih hati-hati karena menurun. Saya mengandalkan sebuah tongkat kayu dari ranting pohon yang saya pungut sepanjang perjalanan.
Perjalanan pulang kami tempuh dengan waktu yang lebih cepat dari perjalanan pergi, ya iya lah menurun haha. Total jarak yang tercatat di strava sekitar 4.9km sudah termasuk mutar-mutar di atas puncak. Bagi saya pribadi yang sudah sering lari nanjak, perjalanan ke atas bukit tidaklah susah secara effort jantung dan otot. Yang susah adalah menahan diri agar tidak terjatuh karena licin.
Next kami berencana untuk pergi sekali lagi, saya berencana membawa istri dan teman berencana membawa drone. Semoga next time bisa lebih banyak foto-foto lagi. Masih ada spot yang kami lupa untuk selfie, yaitu duduk di atas batu di samping puncak bukit, mengingatkan saya pada spot di Pulau Padar ;).
Oke sekian dulu sharing dari saya, semoga bermanfaat. Salam hangat dari Kota Ende.
Leave a Reply